Ingin Anak Anda Lebih Menyukai Real Life Game dibanding Digital Game, Ini Dia Triknya

Kehidupan anak zaman sejarang memang jauh berbeda dengan zaman dahulu, kondisi lingkungan, sosial dan budaya sangat mempengaruhi perjalanan hidup mereka. Kondisi lingkungan yang tak lagi aman serta ruang kosong yang semakin sempit, kondisi sosial yang individualistis serta budaya yang semakin tergerus, membuat anak sekarang semakin soliter. Banyak diantara mereka yang kehidupannya dibadasi oleh dinding-dinding kamar, dinding-sinding ruangan kelas, sehingga interaksi dengan alam sekitar semakin berkurang.

Kalau dijabarkan, maka kondisi ini bisa dijadikan sebuah seminar he he…karena begitu banyaknya faktor yang mempengaruhi, baik itu dari sisi keluarga, sistem pendidikan maupun kebiajakan-kebjikaan pemerintah dalam menjalankan pemerintahanpun iktu mempengaruhi kondisi ini.

Akan tetapi, apabila anda sebagai orang tua menginginkan anaknya lebih menyukai real life game dibanding dengan digital game, dibawah ini ada sebuah artikel yang saya kliping dari portal Detik, yang berisi tips dan trik agar anak anda lebih menyukai game alami. Silahkan disimak….

Trik Supaya Anak Lebih Tertarik Main Real Life Game Ketimbang Digital Game


Trik Supaya Anak Lebih Tertarik Main Real Life Game Ketimbang Digital Game

Board game bisa menjadi alternatif real life game bagi anak. Sebut saja seperti ular tangga, monopoli, halma, atau bahkan catur. Nah, mengalihkan anak agar mau bermain board game, salah satunya bertujuan untuk membatasi penggunaan gadget atau gawai pada anak.

Memang, diungkapkan psikolog anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima, MPsi, Psikolog, papan hanyalah salah satu media bermain anak saja. Sebab, banyak pula mainan lain yang bersifat real life dan bisa dimainkan anak seperti rumah-rumahan dan ada orang di dalamnya, masak-masakan, atau bermain robot-robotan.

“Anak biasanya akan tertarik dengan suatu permainan kalau dia sudah kenal dalam karakter permainan itu dan tampilan mainannya menarik. Misalnya catur, mungkin nggak menarik buat anak karena warnanya cuma hitam putih. Tapi kalau board game dengan banyak karakter kartun dan colourful, itu bisa lebih menarik buat anak sehingga dia mau mencoba,” terang Saskhya.


Hal itu disampaikan Saskhya usai Peluncuran Papan Permainan Indomilk Jagoan Boboi Boy di Bunga Rampai Resto, Jl Teuku Cik Ditiro, Jakarta, Rabu (16/3/2016). Lebih lanjut, Saskhya menekankan pentingnya bagi orang tua untuk menciptakan suasana bermain yang nyaman.

Siapa yang diajak anak bermain juga turut menentukan. Entah dengan orang tua, saudara, atau teman, pastinya akan membawa kesan tersendiri bagi anak. Sehingga, dapat dikatakan kesenangan anak saat bermain terjadi karena ada momen ia bisa dekat dengan orang tua atau orang terdekatnya, bukan sekadar soal apa permainan yang ia lakukan.

“Jangan lupa kalau anak sudah mau mencoba memainkan suatu permainan, misalnya catur. Dia menangnya cuma segitu aja, ya sudah biarkan segitu, jangan dipaksakan harus jadi master seperti atlet catur ya,” kata Saskhya sembari berseloroh.

Meski anak memainkan board game digital, menurut Saskhya cara itu memang bermanfaat untuk kemampuan berpikir anak tetapi rendah manfaatnya untuk kemampuan sosial dan motorik. Nah, ketika anak memainkan permainan tertentu dan ia tidak menyukainya, bisa dilihat jika waja anak tidak happy atau bahkan frustasi ketika memainkan permainan itu.

“Anak juga akan mencari alasan lain supaya dia nggak melakukan itu. Nah, orang tua perlu sedikit kreatif, ganti dulu kegiatannya dengan permainan lain. Sebab, benda biasa aja kalau ditambah stiker contohnya, itu bisa jadi sesuatu yang unik buat anak. Kalau anak benar-benar anti pada satu mainan, biasa saja karena trauma misalnya nggak mau main catur karena dulu pernah dimarahin sama orang tuanya ketika main catur,” terang Saskhya.


0 Response to "Ingin Anak Anda Lebih Menyukai Real Life Game dibanding Digital Game, Ini Dia Triknya"

Posting Komentar