Jaga Keseimbangan Main Real Life Game dan Digital Game Pada Anak

Ada rasa kasihan emang kalau lihat anak-anak jaman sekarang, dunia mereka seakan-akan dipersempit pada sebatas kamar atau rumah saja. Belum lagi dengan beban pelajaran disekolah yang begitu berat. Kalau lihat buku LKS anak saya, saya sering geleng-geleng kepala. Bayangkan aja, bahasa ibunya aja belum mereka kuasasi, ini sudah harus belajar bahasa Inggris, yang bapaknya aja dulu mulai belajar pas SMP.

Kelelahan, lahan bermain yang semakin sempit bahkan nggak ada,  membuat anak memutuskan untuk bermain sekitaran rumah. Ya akhirnya permainan digitallah yang mereka pilih dan mainkan. Yang jadi malasalah, permainan ini sering membuatnya lupa waktu dan mempunyai dampak negatif yang menyerang jiwa dan raga anak-anak. Nggak percaya, simak aja artikel dibawah ini….


Bagi Anak, Main Real Life Game dan Digital Game Mesti Seimbang

Di masa kini, permainan digital tidak bisa terlepas dari keseharian anak. Meski begitu, penting juga ada keseimbangan yang mesti dilakukan anak ketika mereka memainkan real life game dan digital game.

Seperti diungkapkan psikolog anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima, MPsi, Psikolog, memang sudah ada kemampuan yang bisa didapatkan anak ketika mereka memainkan digital game. Tapi, ada kemampuan lain yang hanya bisa didapat dari real life game.

Bagi Anak, Main Real Life Game dan Digital Game Mesti Seimbang
Image courtesy of tuelekza at FreeDigitalPhotos.net
Baca Artikel Lainnya: Gara-gara Nonton Drama Korea Diserang Glaukoma

“Dari permainan digital anak bisa mendapat kemampuan berpikir dan mengatur strateginya. Sedangkan untuk kemampuan motoriknya, anak umumnya akan menggunakan satu jari,” terang Saskhya di sela-sela Peluncuran Papan Permainan Indomilk Jagoan Boboi Boy di Bunga Rampai Resto, Jl Teuku Cik Ditiro, Jakarta, Rabu (16/3/2016).

Sementara, ketika memainkan real life game, akan lebih banyak kemampuan motorik yang dilatih anak. Selain itu, ada kemampuan sosial yang bisa didapat yakni ketika anak berinteraksi dengan teman yang ia ajak bermain. Kemudian, anak pun bisa lebih termotivasi untuk bisa mencapai keberhasilan dan bisa lebih berlapang dada ketika kalah dalam permainan.

Menurut Saskhya, board game bisa diterapkan bagi anak ketika mereka mulai paham aturan yaitu rata-rata saat anak berusia 5 tahun. Sebab, ketika dia paham aturan, mereka juga sudah paham instruksi setidaknya satu sampai tiga instruksi.

Nah, agar anak tertarik dengan board game atau real life game, menurut Saskhya kuncinya ada di orang tua. Ketika orang tua melihat permainan edukatif yang baik bagi anak, sudah seyogianya orang tua menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak bermain.

“Kebosanan anak saat main bukan karena mainannya nggak mahal atau menarik, tapi nggak ada teman main sehingga perlu sekali orang tua ikut main, memperhatikan proses bermain anak, dan bermain bersama,” tutup Saskhya. (rdn/up)


Source link

0 Response to "Jaga Keseimbangan Main Real Life Game dan Digital Game Pada Anak"

Posting Komentar